Your browser doesn't support javascript.
Analisis Semiotika Meme ‘Profesi Yang Tidak Dapat Work From Home’ Selama Pandemi COVID-19
Semiotika: Jurnal Komunikasi ; 14(1), 2020.
Article in Indonesian | Indonesian Research | ID: covidwho-1235440
ABSTRACT
A meme is capable of picturing a phenomenon which is generally arranged through a picture that is followed by a description that adds up to the representation of a meaning that is intended to be conveyed by a meme creator. A meme may be perceived as unique since it has the ability to express numerous points of view, such as one?s or a group of society?s political view. The COVID-19 pandemic which is currently threatening the world?s public health starting from the end of 2019 introduces an enormous disruption in various fields, including the social aspect in Indonesia. One of the difficulties that the citizens felt is their obligation to do their work from home, as a form of health quarantine, along with physical distancing avoiding interactions that occurred in workplaces. As a government policy, it?s only normal that a pro-contra rises in the society. One of the flaws in the policy is the existence of professions which doesn?t allow their work to be done at home, specifically for professions such as fishermen, farmers, and construction workers that are also found at the memes which this study analysed. To look at how a public discourse is done through a meme, the study uses Barthes? Semiotic Analysis Model in revealing the myth that exists in the meme found in the social media platforms during the COVID-19 pandemic. The study finds how the memes in the analysis represent a perceived flaw in the Work From Home policy when the policy is directed to several types of professions in Indonesia, as well as it is a form of political critique.Keywords Work From Home, COVID-19, semiotic, meme�ABSTRAKSuatu meme mampu menggambarkan sebuah fenomena yang pada umumnya dirangkai melalui suatu gambar yang diikuti dengan deskripsi yang mendukung representasi suatu makna yang hendak disampaikan seorang pembuat meme. Meme juga dianggap unik oleh karena kemampuannya mengekspresikan berbagai sudut pandang, seperti pandangan politik seseorang atau sekelompok masyarakat. Pandemi COVID-19 yang tengah mengancam kesehatan masyarakat dunia sejak akhir tahun 2019 menghadirkan disrupsi yang besar dalam berbagai sektor, termasuk aspek sosial di Indonesia. Salah satu kesulitan yang dialami masyarakat adalah kewajiban setiap individu untuk melaksanakan pekerjaan mereka dari rumah masing-masing atau yang sering disebut sebagai ?Work From Home?, sebagai bentuk kekarantinaan kesehatan dengan pembatasan fisik dari interaksi yang terjadi di tempat berbagai pekerjaan dilakukan. Selayaknya suatu kebijakan pemerintah, resolusi kesehatan ini menimbulkan pro-kontra bagi masyarakat Indonesia. Salah satu kekurangan dari kebijakan ini adalah keberadaan profesi yang tidak memungkinkan pekerjaannya untuk dikerjakan di rumah, khususnya untuk profesi seperti nelayan, petani, dan tukang bangunan yang juga ditemukan pada ketiga meme yang dianalisis pada penelitian ini. Untuk melihat bagaimana ruang publik dimanfaatkan melalui meme, penelitian menggunakan Model Analisis Semiotika Barthes dalam mengulik mitos yang terdapat pada beberapa meme yang hidup di media sosial selama rangkaian pandemi COVID-19. Studi menemukan keberadaan meme yang menunjukkan ketidaksesuaian perwujudan Work From Home bagi beberapa jenis profesi milik masyarakat Indonesia, sebagai bentuk kritik politis. Selain memenuhi fungsi hiburan, sebuah meme juga memiliki potensi untuk menjadi ruang publik bagi masyarakat melalui berbagai saluran dimana meme dapat hidup, yakni media sosial.Kata Kunci Bekerja dari Rumah, COVID-19, semiotika, meme

Full text: Available Collection: Databases of international organizations Database: Indonesian Research Language: Indonesian Journal: Semiotika: Jurnal Komunikasi Year: 2020 Document Type: Article

Similar

MEDLINE

...
LILACS

LIS


Full text: Available Collection: Databases of international organizations Database: Indonesian Research Language: Indonesian Journal: Semiotika: Jurnal Komunikasi Year: 2020 Document Type: Article